Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

When We All Fall Asleep Where Do We Go Reviews

Music

Billie Eilish: When We All Autumn Asleep, Where Do We Go? Album Review

Album ini menjadi sebuah debut solid untuk Billie Eilish.

Apa yang membuat Billie Eilish begitu fenomenal? Pop star berusia 17 tahun ini, tanpa terduga, meroket layaknya meteor. Membawa namanya ke puncak deretan almost hyped, highest valued buzz-worthy tahun ini. Debut anthology yang dirilis pada akhir Maret lalu, "When We All Fall Asleep, Where Do We Go?" pun seakan menunjukan tingkat popularitas dari penyanyi eksentrik ini. Billie Eilish dengan 15 juta pengikut di Instagram, sold out show dan tour di seluruh dunia, sampai penampilannya di Coachella, menyapu bersih industri pop musik.

"When We All Fall Asleep, Where Exercise We Get?" masih menunjukan sisi goth, emo, eksentrik dari seorang Billie Eilish yang menolak terikat di satu genre tertentu. Anthology dengan 14 track ini menyimpan genre mulai dari trap, EDM, sampai dentingan mellow dari pianoforte dan string. Tempo yang digunakan pun bervariasi. Hentakan di "bury a friend," bass di "xanny" sampai yang lebih monoton di "bad guy" dan "you lot should encounter me in a crown." Kreativitas pun masih menjadi senjata utama dari remaja yang mulai mencuri perhatian saat berusia xiv tahun tersebut. Nampak dari bagaimana ia bermain-chief di instrumen, vokalisasi, sampai lirik.

Lirik mungkin menjadi salah satu senjata pamungkas dari Billie untuk memikat para pendengarnya. Tak puitis, lirik yang sebagian besar ditulis sendiri ini justru penuh kejujuran ala seorang remaja. Intip saja lirik untuk "xanny": "Please don't try to kiss me on the sidewalk/ On your cigarette break/ I tin can't afford to dearest someone/ Who isn't dying by fault in Silvery Lake." Lalu "coffin a friend," yang kental dengan elemen lucid dream pada liriknya: "Step on the drinking glass, staple your tongue." Serta tak bisa dilupakan lirik di runway "bad guy," yang ramai di-quote oleh remaja saat ini: "brand-your-girlfriend-mad type/ Might-seduce-your-dad type."

Billie Eilish menunjukan sisi lain dari sebuah lirik yang puitis. Bila Taylor Swift dikenal dengan liriknya yang manis menusuk dan beracun tingkat tinggi. Maka lirik dari Billie Eilish justru penuh kejujuran yang membuat para pendengarnya ramai mengucap keterikatan mereka dengan untaian kata dari sang popular star.

"When We All Fall Comatose, Where Do We Go?" dimulai dengan track "Bad Guy", yang video klipnya sendiri sudah ditonton lebih dari 250 juta kali. Sisi kreativitas bukan hanya ditunjukan melalui trap rails serta permainan vokalisasi yang manis. Namun juga dari video musik penuh warna, eksentrik, dengan beberapa scene yang mungkin menimbulkan kernyitan dahi. Seperti misalnya, menuangkan susu ke mulut seorang pria? kepala tergantung di kantong plastik?

"Y'all Should Run into Me in a Crown" dirilis sebagai single satu tahun lalu. Track ini – bersama dengan "Ocean Optics" menjadi breakthrough untuk Billie Eilish. Vokalisasi berbisik dengan dentuman musik menjadi signature tersendiri dari Billie untuk runway unggulannya. Video musiknya pun masih sangat eksentrik, masih sangat Billie Eilish dengan celana baggie dan penampilan androgini. Jangan lupa juga tatapan kosong, mahkota dan laba-laba (yang diklaim sebagai spirit animal).

Track berikutnya, "Wish You Were Gay" dan "When the Party's Over" condong pada sisi mellow dari Billie Eilish. Mengungkap perasaan dari cinta tak berbalas, dan harapan bahwa sang pria lebih baik menjadi gay. Setidaknya itu alasan yang bisa diterima mengapa tak menerima cinta seorang Billie. "When the Party's Over" memberikan rasa kesepian yang begitu besar. Sisi kesepian, kepiluan dan mellow dengan instrumen minimalis pun ditunjukan pada "Listen Earlier I Go" dan "I Love You lot". Sedangkan "Adieu" memberikan perasaan menakutkan dari sebuah perpisahan dari bagaimana Billie menyanyikan "Please/ Dont get out me exist/ It's non true."

"When Nosotros All Fall Asleep, Where Do We Go?" menjadi sebuah debut solid untuk Billie Eilish. 5 dari five bintang rasanya cukup diberikan untuk sisi kontroversial sampai kreativitas yang dituangkan di album ini.

laniergazinum.blogspot.com

Source: https://www.cultura.id/billie-eilish-when-we-all-fall-asleep-where-do-we-go-album-review

Post a Comment for "When We All Fall Asleep Where Do We Go Reviews"